Jakarta, LiniPost – Kembali maraknya gerakan teror oleh teroris seperti belum lama ini terjadi bom bunuh diri di Makassar, Sulawesi Selatan dan peristiwa di Mabes Polri.
Wakil Ketua DPR RI M. Azis Syamsuddin pun berharap supaya ditindaklanjuti terus oleh Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri. Dan untuk lebih jeli dalam melakukan gerak dan pemetaan.
Azis juga meminta Kementerian dan Lembaga terkait, mampu menekan paparan paham radikal yang kerap ditawarkan kelompok tertentu kepada kaum hawa atau perempuan dewasa ini.
“Pemetaan yang sudah dilakukan selama ini cukup baik. Tapi awas kecolongan. Warning ini berdasarkan beberapa sinyal yang mengarah pada upaya-upaya teror. Tegas tapi terarah,” kata Azis Syamsuddin dalam siaran persnya, Kamis (8/4/2021).
Ia mengingatkan, 3 DPO yang kini tengah diburu oleh Densus 88 yang ditengarai berada di wilayah Jakata dan kawasan satelit penyangga Ibu Kota sudah menjadi rahasia umum. Ini berbekal dari data penangkapan dan terbongkarnya sejumlah kasus dan penangkapan di wilayah Jakarta, Bekasi, dan Tangerang akhir Maret 2021 lalu.
“Sudah ada DPO-nya. Data pekan lalu juga sudah menjadi bukti sebarannya ada di kawasan Jakarta Selatan, Tangerang sampai Bekasi. DPR meminta, Polri khususnya Densus 88 mampu menekan pergerakan kelompok ini,” tandasnya.
Dari informasi yang disampaikan Mabes Polri, tiga terduga teroris tersebut berinsial yakni ARH (48) yang berlokasi di Pesanggrahan Jakarta Selatan, NF (35) di Jagakarsa Jakarta Selatan, dan YI alias Jr (53), di Pasar Minggu Jakarta Selatan.
“Sudah ada pengakuan dari empat terduga tersebut adalah BS, AJ, ZA dan WJ. Keempatnya mengaku simpatisan organisasi yang dilarang oleh pemerintah. Yang menarik, keempatnya membuat video pengakuan terkait rencana teror yang akan dilakukan dengan meledakkan tempat usaha milik pengusaha China dan SPBU. Ini harus diantisipasi,” ungkap Azis.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini kembali berharap Mabes Polri mampu membongkar jaringan ini sampai ke akarnya. Karena diyakini, mereka yang telah diamankan memiliki sub koordinasi dan komando yang secara struktur sengaja dikaburkan. Agar, tidak meninggalkan jejak dalam proses pelacakan.
“Sampai sekarang masih gelap, apakah mereka berafiliasi dengan JAD atau Jamaah Islamiah. Tapi jika saya cermati, pada penangkapan terduga teroris di Condet, Jakarta Timur pada 29 Maret 2021 lalu, petugas menemukan atribut organisasi yang dilarang oleh pemerintah. Dari data dan bukti ini, Polri bisa mengembangkannya,” bebernya.
Juga, dia meminta Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), segera bergerak melakukan langkah-langkah aktif dalam meredam kerentanan perempuan yang kini dijadikan objek rekturmen pelaku terorisme.
Pasalnya, dua peristiwa teror yang terjadi pada dua pekan terakhir di Katedral Hati Yesus Yang Maha Kudus di Jalan Kajaolalido, Kelurahan Baru, Makassar, Sulawesi Selatan pada Minggu (28/3/2021) pagi dan di Mabes Polri adalah bukti bahwa perempuan cukup rentan terpapar paham radikalisme.
“Segera lakukan kerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam menyikapi kerentanan ini. Berikan penyuluhan, edukasi, pelatihan dan pengarahan untuk mencegah mereka terpapar paham radikal,” kata Azis memberi masukan. (Hartono)