Nias Selatan, LiniPost – Puluhan bangkai babi berserakan di sungai Gomo, Kecamatan Gomo, akibatnya menimbulkan aroma tak sedap sepanjang jalan di sekitar Sungai tersebut.
Camat Gomo, Faiginaso Tafonao kepada LiniPost, di Ruang Kerjanya, Jumat (22/5/2020), mengatakan, kematian babi di wilayah Kecamatan Gomo Kabupaten Nias Selatan (Nisel) mulai sejak akhir bulan Maret 2020 lalu, dan hingga saat ini masih terus terjadi.
Terkait bangkai babi yang berserakan di sungai itu, kata dia, bisa saja berasal dari warga yang ada di hulu sungai tersebut. “Karena aliaran sungainya tidak deras (Debit air kecil), maka bangkai babi tersebut tertahan. Kemudian, akibat warga membuang bangkai babinya sembarangan, wilayah Gomo saat ini mulai banyak nyamuk kecil,” tuturnya.
Ia menyebutkan bahwa kematian babi itu awalnya terjadi di dua Desa, yaitu Desa Umbu Orahua, dan Desa Lolosoni, setelah 2 Minggu kemudian, menyebar di seluruh Desa se-kecamatan Gomo. “Bahkan sampai saat ini diperkirakan babi yang telah mati mencapai ribuan ekor,” sebutnya.
Kata dia, setiap pemilik ternak babi, ada sekitar 30 atau paling sedikit 10 ekor babi mereka mati.
Ia menuturkan, Pemerintah Daerah (Pemda) Nisel, khususnya Dinas terkait telah mengeluarkan Surat Edaran, dan pihaknya telah menindaklanjuti surat itu kepada Kepala Desa, untuk untuk disampaikan kepada masyarakat.
“Dalam surat itu, Pemda menghimbau agar peternak selalu membersihkan kandang babinya masing-masing. Pemda juga Pemda juga menghimbau segera memindahkan babi yang masih sehat ke kandang lain guna menghindari terjadinya penularan penyakit babi,” ujarnya.
Camat juga menghimbau agar masyarakat tidak mengkonsumsi babi yang sudah sakit, terlebih-lebih kalau sudah mati, karena itu bisa menyebabkan penyakit.
Pihaknya telah sepakat dengan masyarakat agar bangkai babi dikubur serentak pada satu tempat dengan menggunakan alat berat (excavator). (Riswan Gowasa)