Budidaya Salak, Tanaman Yang Bertahan di 2 Bencana Erupsi dan Covid-19

Daerah784 Dilihat

Tanah Karo, LiniPost – Menghadapi 2 bencana yang terjadi yakni Erupsi Gunung Sinabung dan pandemi Covid-19 di wilayah Kabupaten Karo yang mengakibatkan merosotnya perekonomian masyarakat Tanah Karo terkhusus petani Karo, petani Desa Kutambaru Kecamatan Tiganderket Kabupaten Karo memilih beralih ke budidaya Salak, yang dimana tanaman salak merupakan tanaman yang mampu bertahan di tengah dua bencana.

“Dampak dari erupsi Gunung api Sinabung yang awalnya menghancurkan harapan para petani, terkhusus di desa Kutambaru ini, tapi untuk saat ini tidak lagi, pasalnya dari budidaya salak ini petani dapat bangkit dari keterpurukan dari dua bencana ini yang terjadi saat ini” ujar Kamperas Terkelin Purba, Senin (5/10/2020).

“Untuk saat ini kita terkhusus masyarakat Tanah Karo menghadapi dua bencana yaitu bencana erupsi Gunung Sinabung dan bencana non alam covid-19, dan dari berbudaya tanaman salak ini petani dapat kembali hidup dan bangkit dari keterpurukan ditengah bencana ini” lanjut Kamperas

Sejak tahun 2016 salah satu petani desa Kutambaru yaitu Terkelin Kamperas Purba, memilih untuk melakukan budidaya tanaman salak. Dia memilih melakukan budidaya salak ini karena salah satu tanaman yang mampu bertahan di tengah erupsi gunung api Sinabung, yang mana dampak erupsi hanya berdampak pada keberhasilan hasil buah dan tidak menggangu hasil buah sama sekali. Dan dimasa pendemi covid-19 saat ini, tanaman salak juga mampu bertahan dengan harga relatif stabil diangka Rp 9000 sampai Rp 10.000/kg.

Kamperas Terkelin Purba yang merupakan petani asal desa Kutambaru ini melakukan budidaya tanaman salak di areal perladangannya dengan luas tanah 7000 meter persegi yang berada di kaki Gunung api Sinabung Tanah Karo. Yang mana petani ini menanamkan berbagi jenis salak, mulai dari salak madu, salak super dan salak Bali.

Sebelumnya, dilokasi perladangan milik Kamperas Terkelin Purba ini ditanami berbagai macam tanaman, mulai dari tanaman muda hingga tanaman buah-buahan, namun akibat erupsi gunung Sinabung yang terjadi sejak tahun 2010 silam seluruh tanaman miliknya mati akibat debu vulkanik dan lahar hujan Sinabung. (Teguh Andika)