Cerita Singkat Perjalanan Karir Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo

HEADLINE, Nasional1775 Dilihat

Jakarta, LiniPost – Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo telah resmi menjabat Kapolri, setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik Listyo Sigit Prabowo sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri), di Istana Kepresidenan, Rabu (27/1/2021) pukul 9.30 WIB.

Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo Alumni Akademi Kepolisian (Akpol) 1991 itu telah melewati banyak penugasan.

Ia banyak bertugas di wilayah hukum Polda Jawa Tengah. Pada tahun 2009, dia pernah menjabat sebagai Kapolres Pati dan kemudian menjadi Kapolres Sukoharjo. Listyo juga tercatat sebagai Wakapoltabes Semarang pada 2010 lalu.

Pada tahun 2011, Listyo mendapat promosi dan bertugas sebagai Kapolres Surakarta atau Solo. Kebetulan pada saat itu, Wali Kota Solo dijabat oleh Joko Widodo atau Jokowi, yang kemudian terpilih menjadi presiden saat ini.

Selama bertugas di Solo, Listyo tercatat pernah menangani satu kasus menonjol yakni bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) di Kepunton, Solo. Peristiwa tersebut, menewaskan pelaku dan melukai 9 orang yang berada di sekitar gereja.

Perjalanan karir Listyo Sigit usai peristiwa itu bisa dibilang makin moncer. Dia ditarik ke Bareskrim dan kemudian menjabat Direskrimum Polda Sulawesi Tenggara.

Pada tahun 2014, kedekatan Jokowi dan Listyo berlanjut. Setelah memenangkan pemilu 2014, Jokowi menunjuk Listyo sebagai ajudannya. Sebelum akhirnya menjabat Kabareskrim, Listyo sempat menjadi Kapolda Baten dan selanjutnya menjabat Kadiv Propam Mabes Polri.

Sebelum menjabat Kabareskrim, Pol Listyo Sigit Prabowo menjabat sebagai Kadiv Propam Polri.

Situs Akpol mencatat nama Listyo merupakan lulusan Akademi Kepolisian tahun 1991. Dia melanjutkan studi magister di Universitas Indonesia, membuat tesis tentang penanganan konflik etnis di Kalijodo.

Listyo Sigit yang lahir di Ambon, 5 Mei 1969 ini juga sempat menjadi Kapolres Pati, Jawa Tengah pada tahun 2009. Hanya satu tahun menjabat, Listyo Sigit berpindah tugas menjadi Kapolres Sukoharjo, masih di bawah lingkungan Polda Jawa Tengah.

Pada 2010, dia menjabat sebagai Wakapolrestabes Semarang. Tak lama, pindah tugas menjadi Kapolresta Surakarta pada tahun 2011.

Pada 2012, Listyo kembali ditugaskan di Jakarta untuk menjabat sebagai Asubdit II Dit Tipdum Bareskrim Polri. Sejak bulan Mei 2013, dirinya bertugas di Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sulawesi Tenggara.

Kemudian, pada 2014, Listyo Sigit Prabowo mendapat kepercayaan untuk menjadi ajudan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dengan jabatan ini, sosoknya semakin dikenal oleh banyak kalangan.

Karier Listyo Sigit makin moncer setelah menjadi ajudan Jokowi. Pada 2016, dia menjadi Kapolda Banten, menggantikan Brigjen Pol Ahmad Dofiri. Acara serah terima jabatan (sertijab) dilakukan di Mapolda Banten.

Pengangkatannya sebagai Kapolda Banten sempat menjadi kontroversi, dan ditolak oleh MUI Banten, karena ia non-Muslim. Namun pada akhirnya, Listyo meminta dukungan terhadap kalangan ulama untuk menciptakan suasana kondusif dan aman.

Pada tahun 2018, Listyo Sigit Prabowo mendapatkan kepercayaan sebagai Kadiv Propam Polri.

Beberapa kasus yang ia tangani adalah penyiraman air keras Novel Baswedan dan kasus Transpasific Petrochemical Indotama.

Ia juga menangani kasus Djoko Soegiarto Tjandra dan memulangkannya dari Malaysia. Sebelumnya Djoko telah menjadi buronan selama 11 tahun.

Bareskrim Polri mengungkap dua kasus Djoko Tjandra yang menjadi perhatian publik yakni pemalsuan surat jalan dan kasus korupsi terkait pengurusan penghapusan red notice.

Dalam kasus itu, Jenderal polisi yang terlibat, yakni Irjen Pol Napoleon Bonaparte dan Brigjen Pol Prasetijo Utomo ditetapkan sebagai tersangka. Saat ini, keduanya masih menjalani persidangan di pengadilan.

Bareskrim juga menangani kasus pembobolan kas Bank BNI lewat L/C fiktif Bank BNI dengan tersangka Maria Pauline Lumowa yang sempat kabur ke luar negeri selama 17 tahun. Kini Maria telah diserahkan ke Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta menunggu jadwal persidangan.

Dia juga terlibat dalam pengamanan demonstrasi massa yang menentang Undang-Undang Cipta Kerja. Ia tercatat dua kali memantau jalannya unjuk rasa di Jakarta Pusat pada pertengahan dan akhir Oktober 2020. (Hartono)