Virus Literasi Radikalisme Beredar di Dunia Maya

Nasional649 Dilihat

 

Jakarta, LiniPost – Kemudahan  mengakses informasi di era digitalisasi saat ini  belum dibarengi dengan kewaspadaan yang tinggi oleh masyarakat. Hal ini perlu menjadi atensi bagi para pemuka agama karena berpotensi menganggu kehidupan sosial dan ancaman kerukunan.

Melihat kecenderungan bahaya virus radikalisme di kalangan muda bahkan orang tua, saat ini sangat mengkhawatirkan bagi keutuhan Indonesia.

Menyikapi keprihatinan terhadap virus literasi radikalisme Roby Sugara yang merupakan Pengajar Ilmu Sosial dan ilmu Politik di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah ,memaparkan pendapatnya saat bincang-bincang  siang hari yang di adakan di studio mini,Jakarta Selatan Rabu (25/11/20).

“Melihat banyak sekali Konten radikalisme yang beredar di dunia Maya saat ini memang sangat mengkhawatirkan apalagi di lihat para penggiat  medsos itu adalah kaum milenial yang dimana mereka belum punya rem untuk mencerna konten tersebut,” paparnya

“Sebenarnya literasi Radikalisme itu sendiri ada sebagian orang berpendapat ada sisi baiknya tapi kebanyakan mereka menyimpulkan di sisi negatif nya, seperti ajakan Jihad dan sebagainya, mereka dijejali seruan untuk berjihad dengan iming-iming Agama,” sambungnya.

Nurhasanudin ,wakil ketua Forum Pemuda Betawi dan saat ini aktif di PMI (Palang Merah Indonesia ) DKI Jakarta yang di kesempatan ini ikut serta dalam bincang-bincang siang hari itu pun menanggapi tentang bahayanya virus Literasi Radikalisme.

“Ya Indonesia bahkan dunia saat ini pun sedang mendapatkan musibah virus Covid 19,dan sekarang ini muncul lagi virus baru yang menyerang ideologi keNegaraan kita yaitu Virus Radikalisme yang saya rasa sama bahayanya dengan Virus Covid 19.

Literasi Radikalisme tidak pandang bulu ,ia menyerang siapa saja muda maupun tua,” urainya.

‘Berawal pasca peralihan dari era order baru menuju reformasi,Negara memberikan kebebasan kepada seluruh rakyat Indonesia, nah keran-keran kebebasan ini terbuka luas sehingga menghapus azas Tunggal Negara.

Selain itu seiring berkembang nya  digitalisasi media sosial serta kurang nya minat baca bagi generasi saat ini yang membuat mereka menelan mentah-mentah apa yang di suguhkan oleh para pemilik konten yang ada di dunia Maya.

“Seharusnya pemerintah yang harus cepat tanggap menghadapi situasi seperti ini, dimana pengawasan terhadap konten atau aplikasi di media sosial bisa di awasi secara ketat,” katanya.

Pendidikan yang rendah pun mengakibatkan si pengiat medsos tidak dapat memfilter kembali konten atau aplikasi tersebut, di sinilah peran orang tua dan guru dalam mendidik generasi saat ini ,jangan sampai akhirnya timbul reformasi tekhnologi menjadi alat reformasi generasi ,yang siap menyerang segala usia,” imbuhnya.

Di akhir sesi bincang-bincang Dosen ilmu sosial dan politik menyampaikan, saat ini banyak sekali penyampaian seruan berjihad, mereka menyebutnya khilafah. “Khilafah itu adalah kewajiban umat Islam untuk berjuang di Jalan Allah, tapi mereka saat ini mensalahartikan makna dari khilafah itu sendiri. Negara kita ini ada Pancasila, ada undang-undang 1945, seharusnya ini lah yang jadi acuan kita hidup bernegara,” pungkas Roby. F
(Hartono)